Jumat, 01 Maret 2013

Cerita LUCU



 Shania INI AKU ADA CERITA LO Mudah Mudahan Kamu TERHIBUR YA 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDfQIgvLE6VtprYVtauoWElxZMS93R31LO7qdDE3LTlgcP78KDdXDRKN3vJZp8Ij9gt-QJMPDBRyx0G47KFZq2wNP9djtKSTUnZZjJvSmVHMVKBKuVM_MVS38f7K9F5Hwi0CrGxo7-kTR7/s1600/cerita+lucu+si+kabayan.jpg
Cerita Lucu Si Kabayan dan ustadz

Si Kabayan seorang laki-laki yang beasal dari desa, telah lima tahun menuntut ilmu di negeri paman sam. Suatu hari… ia kembali ke desanya.
Nyai Iteung (Istrinya) merasa heran dengan perubahan yang terjadi pada diri sang suami (Kabayan). Kabayan yang dulunya rajin shalat… kini ga pernah lagi terlihat pergi ke masjid “boro-boro ke masjid… shalat di rumahpun ga pernah”…
Iteung penasaran dan menanyakan kepada sang suami kenapa dia menjadi berubah. “Kang Kabayan! Iteung mah ngerasa aneh sama akang!” Kata iteung heran
“Aneh kenapa atuh nyi!” Jawab kang Kabayan.
“Kenapa sekarang akang jarang shalat… jarang ngaji…. dan ga pernah pergi ke masjid!” tambah iteung.
“Sekarang saya punya keyakinan baru dari negeri paman sam sana iteung!” jawab Kabayan dengan nada tinggi.
“Astaghfirullah….! kenapa akang jadi begini?” Iteung sedih.
“Sudahlah Iteung… kamu bawa saja kiayi atau ustad paling hebat di kampung ini! dia pasti ga bisa jawab pertanyaan akang, dia pasti jadi pengikut akang” Kata Kabayan dengan sombong.
Iteung merasa khawatir… iapun bergegas memanggil ustad Asep, salah satu guru ngaji di kampung tetangga.
Atas panggilan Iteung, datanglah sang ustad ke rumah si Kabayan.
“Anda siapa?” tanya kabayan.
“Saya ustad Asep, dari kampung sebelah”
“Benar kamu ustad? kalo benar kamu ustad… dan kamu percaya bahwa tuhan itu ada, kamu pasti bisa menjawab pertanyaan saya. Tetapi kalau tidak bisa… tinggalkan saja agamamu itu!” Kabayan menantang sang ustad…
“InsyaAllah… jika Allah mengijinkan saya akan menjawabnya.”
Kata ustad,
“Kamu jangan yakin dulu… di Amerika saja, waktu saya kuliah… Profesor paling pintar sekalipun tidak ada yang bisa menjawab” Hardik Kabayan dengan yakin.
“Kalau begitu… pertanyaan apa yang akan kang Kabayan tujukan pada saya?” Tanya ustad.
“Begini…
1. Kalau benar tuhan itu ada, tunjukan wujud tuhan kepada saya.
2. Kalau benar manusia mempunyai takdir, apa itu takdir dan tunjukan pula pada saya.
3. Setan itu kan diciptakan dari Api, lalu kenapa tuhan memasukan setan ke dalam neraka? bukankah neraka juga terbuat dari api? apakah setan akan merasa sakit dengan api? mengapa tuhan tidak berfikir sampai kesitu?”
“PLAK….” (itu gambaran saya tentang suara tamparan) tiba-tiba sang ustad menampar pipi Kabayan dengan keras.
“Aduh…. kenapa kamu menampar saya? kamu marah? kalau tidak bisa membuktikan jangan marah!” kata Kabayan
Sang ustad tersenyum. “Itu adalah jawaban dari ketiga pertanyaan akang”
Kabayan : “Kalau kalah jangan marah…”
Ustad : “Bagai mana rasa tamparan saya”
Kabayan : “Sakit!”
Ustad : “Akang percaya rasa sakit itu ada?”
Kabayan : “Saya percaya!”
Ustad : “Tunjukan wujud sakit itu pada saya”
Kabayan : “Saya tidak bisa menunjukan wujudnya”
Ustad : “Itulah jawaban pertanyan pertama anda. Sesungguhnya Tuhan itu ada namun manusia tidak akan mampu melihat wujudnya”
Ustad : “Apakah sebelum saya datang Akang berfikir akan merima tamparan dari saya hari ini?”
Kabayan : “Tidak!”
Ustad : “itulah yang dinamakan takdir…”
Ustad : “terbuat dari apa tangan saya?”
Kabayan : “Kulit…”
Ustad : “Terbuat dari apa pipi Akang?”
Kabayan : “Kulit juga.”
Ustad : “Bagaimana rasa tamparan saya?”
Kabayan : “sakit!”
Ustad : “Walaupun setan terbuat dari api dan neraka pun terbuat dari api… jika Tuhan berkehendak maka neraka merupakan tempat yang menyakitkan bagi setan”
Mendengar jawaban dari sang ustad… sikabayan terdiam.

Kabayan dan Profesor

Kabayan dan profesor duduk berhadapan di kereta api yang membawa mereka dari Bandung ke Jakarta. Mereka belum pernah bertemu sebelumnya, itulah sebabnya sepanjang perjalanan mereka tidak saling bercakap-cakap.

Untuk mengusir kebosanan, profesor menawarkan sesuatu pada Kabayan, "Hai Kabayan, bagaimana kalau kita main tebak-tebakan?"

Kabayan diam saja sambil menatap pemandangan di luar jendela kereta. Hal ini membuat Profesor menjadi gusar.
Katanya, "Kabayan, ayo kita main tebak-tebakan! Aku akan mengajukan pertanyaan untuk kau tebak. Kalau kau tak bisa menjawabnya, kau harus membayarku Rp.5.000,- Tetapi kalau kau bisa menjawabnya, aku bayar kau Rp.50.000,-

Kabayan mulai tertarik dengan tawaran itu. Profesor melanjutkan, "Kemudian, kau
ajukan pertanyaan padaku. Kalau aku bisa menjawabnya, cukup kau bayar aku Rp.5.000,- Tapi kalau aku tak bisa menjawabnya, aku bayar kau Rp.50.000,- Bagaimana?"

Mata Kabayan berbinar-binar. Katanya, "Baik kalau begitu. Sekarang ajukan pertanyaanmu."
"Ok," sahut profesor dengan cepat.
"Pertanyaanku, berapa jarak yang tepat antara bumi dan bulan?"

Kabayan tersenyum karena tak tahu apa jawabannya. ia langsung merogoh sakunya dan menyerahkan Rp.5.000,- kepada profesor.
Dengan gembira Profesor menerima uang itu, "Nah, sekarang giliranmu."

Kabayan berpikir sejenak, lalu bertanya, "Binatang apa yang sewaktu mendaki gunung berkaki dua. Tapi sewaktu turun gunung berkaki empat?"

Profesor lalu berpikir keras mencari jawabannya. Ia melakukan coret-coretan perhitungan dengan kalkulatornya. Kemudian ia mengeluarkan laptop, menghubungkannya dengan internet dan melakukan pencarian di berbagai situs ensiklopedi.

Beberapa lama, profesor itu mencoba. Akhirnya ia menyerah. Sambil bersungut-sungut ia memberi uang Rp.50.000,- pada Kabayan yang menerimanya dengan hati senang.

"Hai, tunggu dulu!" profesor itu berteriak. "Aku tidak terima. Apa jawaban atas pertanyaanmu tadi?"

Si Kabayan tersenyum pada profesor. Dengan santai ia merogoh saku celananya dan menyerahkan Rp.5.000,- pada profesor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar